Identitas Buku
Judul : Roman: Gelombang
Sunyi
Penulis :
Taufik Ikram Jamil
Jumlah
halaman : 190 halaman
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tempat
Terbit : Jakarta
Tahun
terbit : 2001
Novel Gelombang Sunyi karya Taufik Ikram
jamil ini mengangkat persoalan lokal yang menimpa masyarakat Riau, yakni
penyerobotan tanah masyarakat tempatan oleh perusahaan yang mendorong munculnya
resistensi oleh masyarakat dan seorang jurnalis. Cerita ini mengankat tema mengenai Kisah tentang pahit
getir menegakkan kebenaran di negeri ini, di bawah kepemimpinan yang
otoriter.
Kearifan lokal masyarakat tempatan
tercabik-cabik oleh kekuatan ekonomi kelompok elit. Kondisi tersebut membuat
masyarakat mengharapkan cahaya yang dapat membebaskan masyarakat dari dominasi
pihak penguasa. Karena itu, kata “cahaya” menjadi sangat penting dalam novel
ini.
Dalam novel Gelombang Sunyi beberapa
kali berulang kata “cahaya”. Tampaknya “cahaya” menjadi salah satu kata kunci
yang perlu diinterpretasikan. Bahkan kata yang pertama kali terdapat dalam
novel ini adalah cahaya. Tokoh ‘aku’ berkata “kegelapan mengebat tangan dan
kakiku, kemudian dengan bengis mulai mengunci mulutku. Tak jelas, apakah di
sekitarku berwarna hitam mengakap, tetapi pasti pandanganku tak lagi memiliki
jarak, sehingga tidak ada benda-benda yang dapat ditangkap oleh alat
penglihatanku. Aku merindukan cahaya, karena dengannya semula kukira aku dapat
memahami warna hitam yang menempel di biji mataku sekarang. Cahaya, cahaya…”.
“Di
puncak kegelapan akan ada cahaya, akan ada cahaya”….. Bukankah aku sekarang
dalam kegelapan yang sempurna. Lalu, dimanakah puncak kegelapan itu sehingga
cahaya bisa merasuk dalam tubuhku. Dimanakah sinar. Ah, mengapa terlalu lama ku
gapai cahaya”. Pada akhir perkataannya,tokoh aku punberkata “Kini cahaya
memelukku erat. Cahaya, cahaya, cahaya….”
Dalam novel yang beralur maju mundur ini
kata cahaya (terang) sengaja dipertentangkan dengan gelap. Sebagai pasangan
berlawanan, “cahaya” dan “gelap” ditampilkan untuk menunjukkan dua kondisi yang
berbeda. Bagi tokoh aku “cahaya” bermakna kebebasan untuk hidup dan
menyampaikan sesuatu. Kebebasan itu sendiri berkaitan erat dengan kehidupan.
Tanpa kebebasan, kehidupan manusia tidak bisa merasakan dirinya sebagai manusia
seutuhnya.
Ketika tokoh ‘aku’ disiksa oleh aparat
akibat pemberitaannya, ia berada dalam kondisi gelap. Ini bermakna dalam
kondisi gelap, hidupnya tidak bebas. Gelap memang sering digunakan untuk
menandai kehidupan yang tidak baik, penderitaan, belenggu, dan tirani. ia dituduh telah membantu mengurus bantuan hukum
bagi Kahar dan delapan belas penduduk kampung yang dituduh telah membakar barak
maupun kantor perusahaan besar nasional. Pembelaan yang dilakukan tokoh ‘aku’
baik dengan cara membantu mencarikan bantuan hukum maupun pembelaan melalui
pemberitaan di media massa membuat dirinya berhadapan dengan pemegang kekuatan
ekonomi di negeri ini.
Tokoh ‘aku’ yang begitu tabah dan sabar
ketika di sekap dan disiksa terus berharap adanya cahaya yang bisa memberikan
harapan hidup bagi dirinya. Kisah Sultan Riau-Lingga yang disampaikan ketika ia
berada dalam kegelapan menunjukkan bahwa ia sedang memimpikan cahaya untuk
menerangi hidupnya. Ia ingin terbebas dari penyiksaan yang dirasakannya. Ia
yakin bahwa cahaya itu akan datang untuk menyelamatkan hidupnya.
Novel ini menceritakan permasalahan yang
pelik. Penguasa merupakan penjajah,
sedangkan masyarakat adalah pihak yang dijajah. Ketika penguasa menjajah
bangsanya sendiri. Ini adalah suatu kritikan tajam yang penting disampaikan
dalam novel Gelombang Sunyi. Penindasan yang teramat dalam yang dirasakan masyarakat
tempatan. Tokoh ‘aku’ berperan sebagai orang yang menyuarakan suara orang-orang
yang tidak dianggap memiliki suara, sehingga mereka tidak dapat membela hak-hak
mereka. Ia seperti cahaya bagi
masyarakat tempatan karena tulisan-tulisannya yang kritis dapat membela
kepentingan mereka.
Bagi tokoh ‘aku’ cahaya itu adalah
kebebasan. Bagi pihak perusahaan cahaya itu keuntungan yang melimpah dari
tanah-tanah masyarakat tempatan yang mereka rampas. Bagi masyarakat cahaya itu
adalah ‘aku’ yang telah berupaya membela kepentingan mereka. Melalui novel
setebal 190 halaman ini, tokoh ‘aku’ berharap datangnya cahaya tetapi cahaya
yang diharapkannya itu ternyata hanya untuk kebebasan keluarga dan dirinya
sendiri.
Ketika sang jurnalis memperoleh
kebebasan dan keluar dari kegelapan ia diperintahkan untuk memikirkan
keluarganya dari pada membela kepentingan masyarakat. Sehingga ketika ia
memperoleh kebebasan, persoalan nasib dan hak masyarakat tempatan tetap tidak
terselesaikan. Ternyata cahaya itu hanya semu. Tidak ada cahaya yang nyata.
Atau memang kita tidak mungkin meraih cahaya nyata.
Dari karya ini kita bisa mengetahui
bahwa penjajahan belum sepenuhnya berakhir khususnya
di tanah Melayu. Pengungkapan cerita dengan menggunakan kata-kata atau
istilah melayu menambah pesona serta
menjadikan novel karya Taufik Ikram Jamil ini lebih unik dan tidak biasa. Namun
masih banyak juga kosa kata atau istilah melayu yang digunakan penulis ini
tidak dimengerti oleh pembaca. Alangkah lebih baiknya jika di bagian akhir
novel ini penulis menyertakan juga
pengertian-pengertian atau definisi dari kosa kata atau istilah melayu yang
digunakan. Dengan begitu, pembaca bisa lebih mudah memahami maksud istilah
melayu yang dituliskan oleh penulis.
Penulis
menguraikan kisah demi kisah dalam novel ini dengan gaya deskriptif yang detail.
Sehingga pembaca bisa dengan mudah berimajinasi tentang apa yang dituliskan
oleh penulis. Namun di satu sisi, gaya penulisan yang menggunakan alur campuran
sedikit membingungkan pembaca. Novel ini juga memasukkan cerita mengenai kisah
kerajaan Riau Lingga dan beberapa kisah lain kedalamnya.
Makna Gelombang Sunyi dalam novel ini yaitu ujian
kehidupan berupa penderitaan dan penindasan yang dirasakan masyarakat akibat
dominasi ekonomi orang-orang kaya. Penderitaan dan penindasan berada dalam
kondisi sunyi sebab tiada orang yang benar-benar berjuang untuk melepaskannya. Perlawanan
yang dilakukan tidak sebanding dengan
kekuatan dari pihak penguasa. Alhasil, cahaya yang diharapkan pun sirna.
Begitulah adanya kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar